Selama 2020–2024, pertumbuhan stablecoin global melonjak dari USD 30 miliar menjadi lebih dari USD 180 miliar. Di Asia Tenggara, lonjakan tersebut didorong oleh dua faktor:
-
Pengiriman uang (remittance) pekerja migran yang mencari biaya transfer lebih murah.
-
Perdagangan aset kripto yang membutuhkan “parkir” nilai stabil di tengah volatilitas harga.
Regulator tak tinggal diam. Bank sentral Indonesia, Singapura, dan Thailand telah meluncurkan pilot Central Bank Digital Currency (CBDC) guna menjaga kedaulatan moneter di era pembayaran on-chain.
Negara | Status CBDC (2025) | Use-Case Utama | Mitra Teknis |
---|---|---|---|
Indonesia | Rupiah Digital tahap sandbox | Wholesale settlement & remitansi B2B | Konsorsium BUMN + fintech lokal |
Singapura | Project Orchid retail pilot | E-SGD untuk e-commerce, voucher pemerintah | MAS & Temasek |
Thailand | Retail CBDC limited | Pembayaran merchant QR Thai | Bank of Thailand + SCB 10X |
Stablecoin: Pendorong Ekonomi Mikro dan Remitansi
Biaya kirim uang rata-rata remitansi ASEAN masih 5–6 %. Stablecoin berbasis dolar (USDT, USDC) dan rupiah (IDRT) menurunkan biaya menjadi < 1 % dengan settlement < 5 menit.
Kelebihan utama:
-
Likuiditas tinggi di CEX/DEX Asia.
-
On-chain transparency: saldo cadangan dapat diaudit publik.
-
Interoperabilitas via bridge multi-chain (Ethereum, Tron, BSC, Solana).
Risikonya:
-
Centralized custody—cadangan harus benar-benar ada.
-
Regulasi FATF Travel Rule, mewajibkan KYC pengirim ≥ USD 1 000.
-
De-peg events jika cadangan surat utang US Treasury gagal likuid.
CBDC: Penyeimbang & Infrastruktur Resmi
CBDC dirancang memadukan kestabilan fiat dengan efisiensi blockchain. Dua model muncul:
-
Wholesale CBDC – hanya untuk bank & lembaga besar (efisiensi RTGS).
-
Retail CBDC – dompet digital langsung dipegang individu/merchant.
Manfaat potensial:
-
Penyaluran bantuan pemerintah (BLT) lebih cepat dan tepat sasaran.
-
Program fiskal granular: cashback pajak real-time bagi UMKM yang patuh.
-
Integrasi QRIS: transaksi offline tetap berjalan via NFC jika internet putus.
Tantangan:
-
Privasi & programmable money: apakah negara boleh mematikan saldo?
-
Persaingan dengan e-money swasta (OVO, DANA, ShopeePay).
-
Inklusi digital: masih 27 % warga Indonesia tidak punya smartphone 4G.
Integrasi Stablecoin + CBDC ke DeFi & Web3 Commerce
Protokol DeFi kini menyambut stablecoin regional sebagai jaminan (collateral) pinjaman. Yield rata-rata stablecoin staking 4–8 % APY—lebih tinggi dari deposito rupiah 3 %.
Skenario 2026 yang mungkin terjadi:
-
Stablecoin rupiah dipakai liquidity pool dengan CBDC Singapura, menciptakan FX pasar ritel on-chain.
-
Merchant GameFi memakai stablecoin lokal untuk top-up in-game item, menghasilkan loop ekonomi digital domestik.
-
“Super-app” ride-hailing mengizinkan pembayaran CBDC + stablecoin sekaligus cashback token loyalti NFT.
Kerangka Regulasi dan Kepatuhan
Poin Regulasi | Status Indonesia (Mei 2025) | Dampak bagi Pengguna |
---|---|---|
Klasifikasi aset kripto | Aset digital berjangka (Bappebti) | Pajak final 0,1 % per transaksi |
Aturan stablecoin | Draft POJK “aset pembayaran digital” | Penerbit wajib cadangan 100 % + audit |
Lisensi exchange | 30+ pedagang resmi | Jaminan segregasi dana & asuransi hot wallet |
FATF Travel Rule | Target implementasi Q1 2026 | KYC wajib untuk remitansi > USD 1 000 |
Tips kepatuhan pengguna:
-
Pakai exchange berlisensi Bappebti.
-
Simpan stablecoin di wallet self-custody, aktifkan 2FA.
-
Catat transaksi on-chain; gunakan layanan crypto-tax untuk pelaporan SPT.
Peluang Bisnis 2025-2027
-
Gateway Stablecoin ↔ CBDC —API likuiditas antar-mata uang on-chain.
-
Remitansi Migran 0 % Spread —model subscription Rp 30 000/bulan.
-
Yield Aggregator Syariah —pool stablecoin + sukuk tokenized, bagi hasil halal.
-
Reg-Tech —tool Travel Rule, screening wallet ter-sanction, client FIU.
Studi kasus: fintech Bali remit menukar USDC ↔ rupiah digital, biaya < 0,5 %; volume bulanan USD 8 juta & fee income > USD 40 000.
Strategi Investor & Pengguna
-
Simpan dana jangka pendek 3-6 bulan di stablecoin ter-audit.
-
Diversifikasi ke yield farming rendah risiko (staking stables L2, APY 4–6 %).
-
Pantau roadmap CBDC; peluang early adopter merchant bisa memanen insentif fee 0 %.
-
Hindari stablecoin algoritmik tak bercadangan (pelajaran dari UST 2022).
Stablecoin dan CBDC bukan pesaing mutlak, melainkan dua pilar baru yang dapat berkolaborasi membentuk masa depan pembayaran digital di Asia Tenggara. Stablecoin menawarkan fleksibilitas global dan inovasi DeFi; CBDC menyediakan kepastian regulasi dan inklusi finansial lewat infrastruktur resmi. Pelaku usaha, investor, dan regulator harus bergerak selaras—inovasi tanpa melupakan mitigasi risiko agar ekosistem crypto dan keuangan berkembang sehat.